Jawaban:
Obati Was-was dengan Memperbanyak Zikir
Terima kasih atas pertanyaan Anda. Was-was atau waswasah merupakan bisikan jiwa dari setan atau jin yang tidak mengandung manfaat dan kebajikan.
Bedakan antara syakk dan waswasah. Syakk merupakan kebimbangan antara terjadi atau tidaknya sesuatu yang kemungkinan keduanya seimbang atau sama.
Syakk merupakan keyakinan keseimbangan yang sama kuat antara keduanya, tidak ada kelebihan yang satu atas yang lain.
Sedangkan was-was atau waswasah adalah bisikan jiwa dari setan atau jin yang tidak dilandaskan pada keyakinan dasar.
Syakk dilandasi suatu keyakinan dasar berdasarkan analisa atau kesimpulan-kesimpulan atau perhitungan rasional.
Sedangkan was-was hanyalah ilusi, delusi, halusinasi, atau angan-angan kosong yang berisi kekhawatiran yang tidak berdasar atau kecemasan tanpa penyebab jelas.
Was-was atau waswasah merupakan penghilang konsentrasi (khusyuk) paling dominan. Jika seseorang selamat dari penyakit berbahaya ini (was-was), berarti dia selamat dari banyak keburukan.
Al waswas (yang selalu membisikkan gangguan adalah setan. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam ayat Al Qur'an;
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ
“Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi” (QS. An Naas 4)
Ada beberapa saran yang disampaikan ulama untuk mengobati was-was:
Petama, Tidak Peduli (Masa Bodoh)
Obat yang paling mujarab untuk menghilangkan was-was adalah sikap tidak peduli. Tidak mengambil pusing setiap keraguan yang muncul dalam hati dan pikiran.
Syaikh Ahmad Al Haitami ketika ditanya tentang penyakit was-was, adakah obatnya? Beliau mengatakan;
له دواء نافع وهو الإعراض عنها جملة كافية ، وإن كان في النفس من التردد ما كان – فإنه متى لم يلتفت لذلك لم يثبت بل يذهب بعد زمن قليل كما جرب ذلك الموفقون , وأما من أصغى إليها وعمل بقضيتها فإنها لا تزال تزداد به حتى تُخرجه إلى حيز المجانين بل وأقبح منهم , كما شاهدناه في كثيرين ممن ابتلوا بها وأصغوا إليها وإلى شيطانها
Ada obat yang paling mujarab untuk penyakit ini, yaitu tidak peduli secara keseluruhan. Meskipun dalam dirinya muncul keraguan yang hebat. Karena jika dia tidak perhatikan keraguan ini, maka keraguannya tidak akan menetap dan akan pergi dengan sendiri dalam waktu yang tidak lama. Sebagaimana cara ini pernah dilakukan oleh mereka yang mendapat taufiq (petunjuk) untuk lepas dari was-was. Sebaliknya, orang yang memperhatikan keraguan yang muncul dan menuruti bisikan keraguannya, maka dorongan was-was itu akan terus bertambah, sampai menyebabkan dirinya seperti orang gila atau lebih parah dari orang gila. Sebagaimana yang pernah kami lihat pada banyak orang yang mengalami cobaan keraguan ini, sementara dia memperhatikan bisikan was-wasnya dan ajakan setannya (Al Fatawa Al Fiqhiyah Al Kubro, 1:149).
Kedua, Mengambil Sikap Kebalikannya
Bentuk tidak mempedulikan perasaan was-was dalam hati adalah dengan mengambil sikap kebalikannya.
Misalnya, seorang berwudhu, kemudian muncul keraguan seolah ada yang keluar dari dubur. Untuk mengobati was-was ini, keraguan itu tidak perlu dia perhatikan dan dia yakini wudhunya sah dan dia tidak kentut dan tidak batal sedikit pun.
Atau orang yang takbiratul ihram, kemudian muncul keraguan tentang niat, maka dia yakini niatnya sudah benar, dan salatnya sah. Demikian pula kasus orang yang merasa ada yang menetes setelah buang air kecil, ketika hendak salat.
Untuk mengobati penyakit ini, dia yakini bahwa itu bukan air kencing, itu tidak najis, dan wudhu tidak batal. Sehingga dia bisa salat dengan tenang.
Kecuali jika yang terjadi betul-betul meyakinkan, seperti keluar bunyi kentut atau keluar air kencing dalam jumlah banyak, bukan hanya tetesan.
Hal ini sebagaimana yang disarankan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, dalam hadis dari Abbad bin Tamim, dari pamannya, bahwa ada seseorang yang pernah mengadu kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam tentang penyakit was-was yang dia alami.
Dia dibayangi seolah-olah mengeluarkan kentut ketika salat. Lalu Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda;
لاَ يَنْصَرِفْ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا
“Janganlah dia membatalkan salatnya sampai dia mendengar suara kentut atau mencium baunya” (HR. Bukhari No. 137 dan HR. Muslim No. 361)
Hadis ini berlaku bagi orang yang mengalami penyakit was-was, merasa keluar sesuatu terutama ketika salat.
Dia disarankan mengambil sikap yang berkebalikan dengan keraguannya, kecuali jika dia sangat yakin bahwa itu memang betul-betul terjadi.
Ketiga, Terus Berlatih dengan Sabar
Untuk bisa menghilangkan penyakit was-was ini, tidak mungkin hanya dilakukan sekali. Perlu banyak latihan dan bersabar untuk selalu cuek dengan keraguan yang muncul. Sampai gangguan itu betul-betul hilang.
Salah satu motivasi yang bisa dia tumbuhkan dalam hatinya meyyakini bahwa ini bisikan dari setan, dan usahanya untuk menghilangkan godaan ini adalah dalam rangka melawan setan.
Syaikh Ahmad Al Haitami menukil keterangan Al Iz bin Abdus Salam dan ulama lainnya;
وذكر العز بن عبد السلام وغيره نحو ما قدمته فقالوا : دواء الوسوسة أن يعتقد أن ذلك خاطر شيطاني , وأن إبليس هو الذي أورده عليه وأنه يقاتله , فيكون له ثواب المجاهد ; لأنه يحارب عدو الله , فإذا استشعر ذلك فر عنه
Al Iz bin Abdus Salam dan ulama lainnya juga menjelaskan sebagaimana yang telah aku sebutkan. Mereka menyatakan; “Obat penyakit was-was: hendaknya dia meyakini bahwa hal itu adalah godaan setan, dan dia yakin bahwa yang mendatangkan itu adalah iblis, dan dia sedang melawan iblis. Sehingga dia mendapatkan pahala orang yang berjihad. Karena dia sedang memerangi musuh Allah. Jika dia merasa ada keraguan, dia akan segera menghindarinya” (Al Fatawa Al Fiqhiyah Al Kubro, 1:150).
Anda yang mengidap was-was sedang berada dalam ujian. Jika perjuangan melawan godaan ini disertai perasaan ikhlas karena Allah dan mencontoh sunah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam seperti hadis di atas maka Insya Allah nilai pahalanya sangat besar.
Keempat, Banyak Berlindung dari Godaan Setan
Karena godaan ini bersumber dari setan, obat yang tidak kalah penting, banyak berlindung dari godaan setan.
Dari sahabat Utsman bin Abul Ash, bahwa beliau mendatangi Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan mengadukan: ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya setan telah menghalangi aku dengan salatku (tidak bisa khusyu), dan bacaan salatnya sampai keliru-keliru.’ Kemudian Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda;
ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خَنْزَبٌ، فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللهِ مِنْهُ، وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلَاثًا
“Itulah setan, namanya Khanzab. Jika engkau merasa sedang digoda setan maka mintalah perlilndungan kepada Allah darinya dan meludahlah ke arah kiri 3 kali” (HR. Muslim 2203).
Lalu Utsman mengatakan; ‘Aku pun melakukan saran beliau dan Allah menghilangkan gangguan itu dariku.’
Salah satu di antara usaha melindungi diri dari setan adalah merutinkan zikir pagi, siang, sore, dan malam. Karena salah satu keutamaan merutinkan zikir adalah perlindungan dari semua godaan setan (jin).
Kelima, Pelajari Ibadah yang Benar
Karena sebagian besar orang yang mengidap penyakit was-was adalah mereka yang tidak memiliki pemahaman yang benar tentang tata cara ibadah yang benar.
Kemudian dia beribadah sesuai perasaannya. Apa yang dia rasakan mantap, itulah yang dianggap benar, meskipun bisa jadi bertentangan dengan syariat Islam.
Berbeda dengan orang yang memahami tata cara ibadah dengan benar. Semua yang akan dia lakukan, telah disesuaikan dengan standar sunah yang dicontohkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Sehingga dia bisa sangat yakin, bahwa amal ibadah yang dia lakukan telah benar.
Syaikh Ahmad Al Haitami mengatakan;
وبه تعلم صحة ما قدمته أن الوسوسة لا تُسلط إلا على من استحكم عليه الجهل والخبل وصار لا تمييز له , وأما من كان على حقيقة العلم والعقل فإنه لا يخرج عن الاتباع ولا يميل إلى الابتداع . وأقبح المبتدعين الموسوسون ومن ثم قال مالك – رحمه الله – عن شيخه ربيعة – إمام أهل زمنه – : كان ربيعة أسرع الناس في أمرين في الاستبراء والوضوء , حتى لو كان غيره – قلت : ما فعل . ( لعله يقصد بقوله : ( ما فعل ) أي لم يتوضأ )
Dari keterangan di atas, Anda bisa mengetahui apa yang telah aku sampaikan, bahwa was-was hanya akan mendatangi orang yang diliputi kebodohan dan tidak paham, sehingga menjadi orang yang tidak punya kemampuan untuk membedakan. Sementara orang yang berada di atas ilmu dan akal yang hakiki maka dia tidak akan keluar dari ittiba’ (mengikuti sunah) dan tidak cenderung kepada bid'ah. Ahli bid’ah yang paling jelek adalah adalah orang yang terjangkiti penyakit was-was. Karena itulah, Imam Malik pernah bercerita tentang gurunya, Rabi’ah – ulama besar Madinah – bahwa beliau adalah orang paling cepat dalam melakukan dua hal: buang air kecil dan berwudhu. Sehingga andaikan itu dilakukan oleh orang lain, niscaya akan aku (Imam Malik) katakan, ‘Dia belum melakukannya’. Yang dimaksud Imam Malik ‘dia belum melakukannya’ adalah belum dianggap berwudhu. (Al Fatawa Al Fiqhiyah Al Kubro, 1/150).
Bekam dan Ruqyah
Insya Allah dengan bekam dan ruqyah bisa mengobati penyakit was-was yang sudah lama menyerang Anda. Sebab bekam dan ruqyah sudah teruji dan terbukti sejak zaman nabi bisa mengobati segala jenis penyakit jasmani dan rohani. Di samping semua usaha di atas, jangan lupa banyak berdoa kepada Allah, memohon dengan bahasa yang Anda pahami, agar Allah membebaskan Anda dari penyakit akut semacam ini. Semoga Allah memudahkan kita untuk meniti jalan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.