Bagi jemaah yang sudah pernah bertandang ke tanah suci atau yang belum sama sekali, kisah unik pasti akan mereka rasakan setelah bertamu di rumah Allah.
Hanya saja untuk pengalaman spiritual, masing-masing jemaah akan mengalami hal-hal yang berbeda. Ada yang langsung merasakannya ketika berada di tanah suci atau setelah pulang dari sana.
Boleh dikatakan, hampir 99 persen jemaah menerima pengalaman spiritual yang tidak akan pernah lekang zaman.
Demikian halnya dengan pengalaman sebagian jemaah umrah PT. Nettour Batam (Nettour Group d/a Nagoya Business Center Blok V/39 Nagoya Batam Kepri) yang melakukan perjalanan suci pada Jumat 28 April hingga Jumat 5 Mei 2017 lalu.
Dari 157 jemaah yang berangkat dari Kepulauan Riau (Kepri) itu, beberapa di antaranya menerima ‘hadiah’ langsung saat berada di tanah suci.
Seperti yang dituturkan salah seorang jemaah umrah Nettour Group kepada penulis belum lama ini. Ahmad nama panggilan jemaah tersebut.
Dikatakannya, saat ia tiba pertama kali di kota Makkah pada Senin 1 Mei 2017 lalu, tas pinggang yang dibawa dari kota Madinah raib secara misterius.
Sebelumnya, tas pinggang berisi uang Rp1 juta, uang dolar Singapura, telepon seluler (ponsel), dan benda-benda berharga lainnya selalu melekat di badannya.
Hanya saja kala itu, tas pinggangnya tiba-tiba hilang setelah dirinya berada di Makkah usai mengambil niat (miqat) di Bir Ali.
Menurut Ahmad, dirinya merasa tidak pernah melepaskan atau meletakkan tas itu di sembarang tempat. Bahkan tas itu selalu melekat di badannya ke mana pun Ahmad bepergian.
Selain tas itu berisi benda berharga, seluruh dokumen pribadi berada di dalam dompet dan tas pinggangnya sehingga tidak terbesit akan kehilangan.
Namun kenyataannya, setibanya di Makkah, tas pinggangnya itu raib entah ke mana? Saat itu, dia merasa sangat khawatir setelah tas pinggangnya hilang.
Karena merasa kehilangan, dia langsung melapor ke salah pimpinan rombongan dan meminta bantuan untuk mencarikan tas yang hilang itu.
“Tas (pinggang) saya hilang. Ada uang Rp1 juta, uang dolar Singapura, dokumen pribadi yang sangat penting dan benda berharga lainnya. Tadi masih ada, tapi sekarang tidak ada. Mohon dicarikan ya Pak,” ujar Ahmad dengan nada khawatir melaporkan kepada H. Erdi Yasman Siallagan, salah satu ketua rombongan, Senin 1 Mei 2017.
H. Erdi Yasman Siallagan, Ketua Rombongan (kiri)
Sang ketua rombongan dengan tenang mengatakan bahwa akan membantu mencarikan tas pinggang yang hilang itu.
Walau demikian, untuk mencari tas pinggang yang hilang itu tidak secepat yang diharapkan. Jemaah harus sabar dan pasrah agar barang yang hilang bisa segera ditemukan.
“Sabar Pak, Insya Allah ketemu nantinya. Yakin saja sama Allah,” ujar Erdi menenangkan dan meyakinkan jemaah asal Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau yang sudah berusia 70 tahun itu.
Subhanallah. Atas kebesaran Allah, tiga hari setelah Senin 1 Mei 2017, tas pinggang yang raib itu sudah berada di kamar hotel yang ditinggali H. Erdi Yasman Siallagan di kamar 1232.
Sedangkan posisi kamar Ahmad saat itu berada di ruang 1018. Anehnya lagi, tas pinggang tiba-tiba berada di bawah kursi dalam kamar hotel.
Sebelum tas pinggang itu ditemukan, Erdi sudah memberitahukan kepada ketua rombongan-rombongan yang lain perihal tas jemaah yang hilang itu.
Namun di antara mereka tidak tahu keberadaan tas tersebut. Setelah dipastikan ada sebuah tas pinggang dalam kamar Erdi, ia lantas membuka isinya untuk mengeceknya.
Ternyata benar, di dalam tas itu berisi kartu identitas (ID Card) beserta foto berwarna Ahmad ukuran 4×6 cm menyelip dalam dompet.
Tidak lama kemudian, Erdi menyusul ke kamar 1018 yang ditinggali Ahmad. Setelah bertemu Ahmad, betapa gembiranya tas itu bisa kembali dan isinya masih utuh.
“Saya tidak tahu siapa yang membawa tas itu ke dalam kamar saya. Tiba-tiba pas saya duduk dan melihat ke bawah kursi ada tas. Saya tanyakan pada teman-teman yang di dalam kamar mereka tidak merasa memiliki tas itu. Lalu saya cek isinya, pas saya lihat ada fotonya, kok sama seperti jemaah (Ahmad) itu,” ujar Erdi Yasman Siallagan keheranan waktu itu.
Begitu juga dengan Ahmad. Menurutnya, selama tiga hari berturut-turut, ia selalu berdoa di depan Kabah agar tas pinggangnya yang raib itu kembali ke tangannya.
Doanya, setiap kali mengitari (thawaf) Kabah, dia memohon kepada Allah agar tas pinggangnya bisa kembali seperti sedia kala.
“Alhamdulillah, doa saya langsung diijabah sama Allah dan selama tiga hari itu saya memohon tanpa putus. Saya takjub sekali, Allah Maha Besar, mungkin malaikat yang kembalikan tas saya ke kamar ketua rombongan,” ujar Ahmad dengan terharu.
Selain Ahmad, jemaah umrah lainnya juga mengalami hal yang sama. C. Prasetia misalnya. Pada program umrah kedua Rabu 4 Mei 2017, dirinya mengalami hal yang tidak lazim.
Setelah mandi keramas di masjid Jara’nah untuk mengambil niat (miqat), rambutnya tercium aroma minyak wangi yang biasa dioleskan ke kiswah Kabah.
Padahal, ia tidak merasa mengolesi rambutnya dengan sampo, apalagi minyak wangi. Diceritakannya, kata pembimbing umrah, jika sudah berniat ihram ada banyak larangan yang tidak boleh dilanggar.
Salah satunya mandi menggunakan sabun, sampo, mengenakan wewangian, atau yang lainnya. Kala itu, selepas dia mandi di masjid Jara’nah, rambut yang dikeramasinya mewangi dan terasa licin seperti ada minyak wanginya.
Itu diketahui saat dirinya selesai mandi dan mengusap rambutnya yang panjang, terasa seperti diolesi minyak. Merasa licin serasa berlendir, dia kemudian mencium bekas usapan tangannya.
Ternyata setelah diusap dan dicium, bekas usapannya itu beraroma minyak kesturi yang sering digunakan untuk meminyaki kiswah Kabah.
Aromanya rambutnya terus mewangi sampai dirinya menunaikan thawaf, sa’i dan tahalul. Katanya, keajaiban ini baru dialami pada umrah kali keenamnya.
“Habis mandi di masjid Jara’nah saya peras rambut saya, pas saya usap rasanya licin dan berlendir kayak ada minyaknya. Setelah itu saya cium tangan saya, baunya minyak wangi seperti yang sering digunakan untuk meminyaki Kabah, Hajar Aswad, dan kiswah,” ujar C. Prasetia mengisahkan pengalaman spiritualnya.
Setelah itu, dia membiarkan rambutnya terurai beraroma minyak kiswah Kabah. Dia pun melanjutkan thawaf dan sa'i di Kabah. Selama thawaf, aromanya semakin wangi.
Begitu juga saat sa'i juga diusap rambutnya. Wanginya masih sama seperti awal mula di Masjid Jara'nah. Selesai thawaf, dia langsung ke barber shop (tukang cukur) di luar Masjidil Haram.
Di barber shop wanginya tidak pudar. Ditanya sama tukang cukur apakah pemotongan rambutnya disisakan 1 centimeter (CM), C. Prasetia menggelengkan kepala.
"Dicukur habis semuanya saja. Gundul licin," ujar C. Prasetia kepada tukang cukur yang mengaku asli dari Bagladesh itu.
Anehnya, ribuan helai rambut yang sudah terpangkas dan terjatuh di kain yang menutupi badannya saat pangkas coba diambilnya lagi. Saat dicium, aroma wangi sudah hilang.
"Sudah tidak wangi lagi. Beda saat belum pangkas," jelas C. Prasetia.
Ustaz H. Khaeruddin (Muthawwif PT. Nettour Batam) di Arab Saudi
Esok harinya, dia menanyakan kepada ustaz H. Khaeruddin, pembimbing umrah (muthawwif) tentang pengalamannya itu. Sang ustaz pun hanya senyum-senyum. Kata ustaz, di tanah suci banyak keajaiban yang sulit diterima dengan nalar.
Menjawab pengalaman jemaahnya, ustaz H. Khaeruddin mengisyaratkan bahwa kebaikan sekecil apa pun akan diberikan balasannya sama Allah Azza Wa Jalla. Semakin ikhlas maka semakin besar ganjarannya.
"Masya Allah, itu pertanda bagus, Insya Allah. Kalau ikhlas itu hanya Allah yang tahu. Semakin ikhlas niatnya semakin baik hasilnya. Masing-masing jemaah pasti beda pengalaman spiritualnya di sini," ujar ustaz H. Khaeruddin mengomentari pengalaman jemaahnya. (***)