Pekerjaan saya dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Batam Kepulauan Riau.
Saat kena Bells Palsy usia saya 40 tahun. Memang untuk sembuh butuh proses yang tidak sebentar. Sebelum dibekam saya juga mengikuti serangkaian pengobatan. Hanya saja penyembuhannya tidak maksimal.
Alhamdulillah atas izin Allah sekarang kondisi wajah saya normal kembali. Saya kena Bells Palsy sepulang kerja dari kampus. Saya ke mana-mana naik motor. Malam itu, saat pulang naik motor rasanya seperti ada yang menyengat di pipi bagian kanan.
Ya pedih. Rasanya seperti kena sengat lebah madu. Saya kira memang kena sengat lebah. Tapi tidak mungkin karena saat itu saya sedang mengendarai motor. Sampai rumah saya cuci muka dan wudhu terus tidur.
Esok hari, pas bangun bagian muka sebelah kanan rasanya berat. Tidak bisa bergerak. Lalu saya bercermin. Kaget, permukaan kulit seperti melorot. Panik saya waktu itu karena belum pernah mengalami hal seperti ini.
Ya sudah saya langsung ke dokter. Sampai di klinik dokter bilang ini gejala Bells Palsy. Apa itu, batin saya? Terus dokternya bilang kalau Bells Palsy ini bisa disembuhkan. Alhamdulillah kalau begitu dalam hati saya.
Saya diberi obat dan nasihat-nasihat medis. Selain ke dokter, saya juga terapi di Bengkel Manusia. Rasanya kalau hanya minum obat percepatan penyembuhannya agak kurang.
Waktu itu habis Ashar, saya telepon ahli bekam (hijamah) dari Bengkel Manusia Indonesia. Dia bilang bisanya habis Maghrib. Saya iyakan janjiannya. Tidak pakai basa-basi saya ceritakan uneg-uneg saya. Tidak lama saya pun segera dibekam.
Besoknya badan saya terasa ringan. Biasanya pundak dan punggung saya rasanya berat seperti membawa beban. Terus saya cek di cermin, Alhamdulillah kondisi wajah saya berangsur membaik. Perubahannya sangat signifikan.
Saya termasuk orang yang patuh kepada ahli. Baik itu ahli kesehatan, ahli keilmuan, atau ahli-ahli yang lain. Termasuk kepada bapak yang ahli pengobatan ini. Saya disarankan sembilan kali terapi dan hasilnya sembuh total.
Dalam keyakinan saya, orang yang ahli itu sudah memiliki pengalaman dan research. Jadi ya mau tidak mau harus ikut nasihat ahlinya. Oleh sebab itu, kisah ini perlu saya tulis sebagai pengalaman saya yang sembuh dari Bells Palsy setelah dibekam.